Nama : Ratu Siti Saadiyah Jasmine
Nim : 6661220139
Kelas : 6B Administrasi Publik
Mata Kuliah : Ketahanan Pangan
Dosen Pengampu : Nikki Prafitri, S.Sos., M.Si
Mahasiswa Jurusan Administrasi Publik di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Melalui email ini, saya ingin mengirimkan artikel opini yang saya tulis dengan judul
Peran Strategis KAI dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional
Ketahanan pangan merupakan salah satu pilar utama dalam pembangunan
bangsa, terlebih bagi Indonesia sebagai negara agraris dengan populasi yang sangat
besar. Di tengah tantangan perubahan iklim, keterbatasan lahan, dan distribusi
logistik yang belum merata, peran transportasi menjadi sangat krusial dalam
menjamin kelancaran pasok bahan pangan dari daerah penghasil ke wilayah
konsumsi. Dalam konteks ini, PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI
menunjukkan kontribusi yang nyata dan terus berkembang dalam mendukung
ketahanan pangan nasional.
Berdasarkan data terbaru, sepanjang Januari hingga Februari 2025, KAI
berhasil mengangkut 110.558 ton hasil perkebunan, naik 2% dibandingkan periode
yang sama tahun sebelumnya. Tidak hanya itu, angkutan pupuk pun melonjak
signifikan, mencapai 5.190 ton atau naik lebih dari 200% dari tahun sebelumnya.
Lonjakan ini menjadi indikator penting bahwa KAI bukan hanya sekadar moda
transportasi, tetapi juga bagian integral dari sistem pangan nasional.
Peningkatan volume angkutan hasil perkebunan dan pupuk ini
mencerminkan dua hal penting.
Pertama, efisiensi dan keandalan moda transportasi
kereta api dalam menjangkau berbagai daerah produksi.
Kedua, adanya komitmen
yang serius dari KAI dalam memperkuat ekosistem pertanian dan perkebunan, yang
pada gilirannya akan mendukung stabilitas harga dan ketersediaan pangan nasional.
Sebagai individu yang peduli terhadap isu ketahanan pangan, saya melihat
langkah-langkah KAI ini sangat tepat dan patut diapresiasi. Penggunaan kereta api
dalam distribusi pangan tidak hanya lebih hemat biaya untuk pengangkutan jarak
jauh, tetapi juga jauh lebih ramah lingkungan karena menekan emisi karbon
Dibandingkan moda darat lainnya seperti truk. Ini sejalan dengan prinsip
keberlanjutan yang harus diusung dalam pembangunan sektor pangan di masa
depan.
Lebih dari itu, peningkatan angkutan pupuk menunjukkan peran strategis
KAI dalam memastikan produktivitas pertanian. Ketersediaan pupuk secara merata
dan tepat waktu sangat berpengaruh pada hasil panen petani. Dalam hal ini, KAI
telah memfasilitasi kelancaran pasokan pupuk ke daerah-daerah pertanian yang
membutuhkan, sehingga mendukung petani untuk tetap produktif.
Namun demikian, saya juga berpendapat bahwa peran ini perlu terus
diperluas. Pemerintah dan KAI perlu memperkuat investasi pada infrastruktur
logistik seperti pembangunan stasiun kargo di dekat sentra produksi, penyediaan
fasilitas penyimpanan modern, serta digitalisasi sistem logistik untuk memantau
dan mengatur distribusi secara real time.
Tak kalah penting, kolaborasi lintas sektor
antara KAI, perusahaan perkebunan, produsen pupuk, serta pemerintah daerah
harus diperkuat agar sistem logistik pangan menjadi lebih terintegrasi dan responsif
terhadap kebutuhan di lapangan.
Secara keseluruhan, langkah-langkah KAI dalam mendukung distribusi
hasil perkebunan dan pupuk adalah contoh nyata sinergi antara BUMN dan sektor
pertanian. Ini menjadi bukti bahwa modernisasi sektor transportasi dapat menjadi
motor penggerak ketahanan pangan Indonesia yang lebih kuat, efisien, dan berkelanjutan.